Mengungkap Keahlian Berburu dengan Tulup: Senjata Tradisional Lontar dari Tanah Jawa

Pulau Jawa, dengan keanekaragaman hayati dan tradisi berburu di masa lalu, memiliki berbagai jenis senjata tradisional yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakatnya. Salah satunya adalah tulup, sebuah senjata tradisional berupa sumpit yang digunakan untuk melontarkan anak panah kecil atau peluru. Meskipun mungkin lebih dikenal di luar Jawa, catatan sejarah dan etnografi menunjukkan keberadaan dan penggunaan tulup di beberapa wilayah Pulau Jawa sebagai alat berburu yang efektif. Mempelajari tulup sebagai salah satu senjata tradisional Jawa memberikan wawasan tentang teknik berburu tradisional dan pemanfaatan sumber daya alam.

Tulup umumnya terbuat dari sebatang bambu atau kayu ringan yang dilubangi memanjang. Panjang tulup bisa bervariasi, dari satu hingga dua meter. Anak panah atau peluru (biasanya terbuat dari bambu, kayu, atau lidi yang diberi getah beracun) dimasukkan ke dalam lubang tulup. Cara menggunakannya adalah dengan meniupkan udara dengan kuat melalui salah satu ujung tulup untuk melontarkan anak panah atau peluru ke sasaran. Keahlian meniup dan membidik sangat penting untuk mencapai akurasi yang diinginkan.

Menurut catatan dari seorang ahli etnografi Universitas Padjadjaran, Dr. Agung Permana, yang melakukan penelitian tentang tradisi berburu di Jawa Barat bagian selatan pada tanggal 5 Juni 2025, tulup dulunya digunakan oleh masyarakat di beberapa daerah hutan di Jawa untuk berburu binatang kecil seperti burung, tupai, atau monyet. Keunggulan tulup adalah suaranya yang relatif senyap, sehingga tidak menakuti hewan buruan. Penggunaan getah beracun pada anak panah atau peluru juga meningkatkan efektivitas dalam melumpuhkan buruan.

Meskipun tidak dirancang sebagai senjata dalam pertempuran antar manusia, tulup tetap merupakan senjata tradisional yang mematikan dalam konteks berburu. Keahlian membuat tulup yang lurus dan halus, serta meracik getah beracun yang efektif, merupakan pengetahuan tradisional yang diwariskan secara turun-temurun.

Saat ini, dengan adanya senjata api dan perubahan gaya hidup, penggunaan tulup sebagai alat berburu di Jawa sudah sangat jarang. Namun, di beberapa komunitas adat atau sebagai bagian dari pertunjukan seni tradisional, tulup masih dapat ditemukan dan diperagakan. Upaya pelestarian lebih fokus pada nilai historisnya sebagai alat berburu tradisional dan representasi dari kearifan lokal dalam memanfaatkan alam. Mempelajari tulup bukan hanya tentang mengenal sebuah senjata tradisional, tetapi juga tentang memahami teknik berburu tradisional dan hubungan antara manusia dan alam di Jawa pada masa lalu.